Jumat, 17 April 2009

MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN, BAGAIMANA CARANYA?

Setiap tahun hari pendidikan diperingati, selalu pejabat di daerah maupun di pusat terlebih presiden tetap mengatakan, agar mutu pendidikan ditingkatkan supaya mampu mengejar ketinggalan dari negara maju.

60 Tahun Indonesia merdeka dan berdaulat dan 100 tahun kebangkitan nasional, pendidikan yang diharapkan tidak tercapai.

Ini berarti upaya meningkatkan pendidikan itu tidak dilaksanakan sesuai dengan harapan itu. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa hari lalu juga mengatakan di Surabaya agar mutu pendidikan itu ditingkatkan.

Meningkatkan mutu ada persyaratan yang sudah ditetapkan. Mutu tentu sama dengan kwalitas walaupun dalam penggunaan kata itu harus diterapkan sesuai dengan maknanya.

Mutu pendidikan tentu diartikan adalah: trampil, mampu sesuai dengan tingkat pendidikannya, jujur dan yang terpenting lagi adalah moralnya baik. Manusia dinilai bukan karena sertifikat, ijasah, harta tapi kemapuannya berbuat, jujur dan moralnya terpuji.

Bukan manusia yang licik menggunakan akalnya untuk menipu orang lain, menggarong harta negara dan licik melanggar hukum. Harus diawasi seperti anak-anak untuk tidak melanggar aturan, undang-undang serta perbuatan yang tercela. Banyak orang dewasa harus dijaga/diawasi untuk tidak melanggar hukum/peraturan Mereka diperlakukan seperti anak-anak.

Pendidikan Indonesia bertujuan bukan hanya mengajari orang supaya pintar dalam ilmu dengan berbagai ijasah, sertifikat yang banyak sampai pada tingkat s1,s2 dan s3. serta profesor. Lebih diharapkan lagi adalah menciptakan/menemukan sesuatu yang baru. Bukan hanya menghafal apa kata orang lain.

Disinilah banyak ketinggalan bangsa Indonesia dari bangsa lain. Lihat saja bidang industri. Indonesia menjadi terjajah dengan hasil produksi orang lain. Untuk belajar dan bekerjasama dengan orang pintar/orang mampu dari negara lain, seperti malu.

Lihat Jepang, Korea, India dan negara lain, maju industrinya. Mengapa mereka mampu, orang Indonesia tidak ? Jika untuk bertengkar, unjuk rasa nomor satu. Berbuat kebaikan menjadi nomor belakang. Mengapa demikian? Karena pejabat pemerintah selaku orang tua /pembina anak bangsa tidak berbuat untuk itu. Tidak menjadi contoh yang baik. Begitu dia duduk di kursi empuk itu, mereka lupa, yang dikerjakannya adalah mangaut uang negara untuk memperkaya diri. Janji tinggal janji pada masa kampanye.

Mereka mengatakan elite politik pemimpin rakyat. Apanya yang elite dan bagaimana kepemimpinannya? Mereka tidak berbuat untuk membantu rakyat dalam upaya mengatasi hidupnya. Membantu bagaimana supaya pendidikan rakyat itu dapat maju. tidak dilakukannya.

Saya selaku rakyat mengusulkan kepada pejabat negara, maunya jangan hanya omong tapi buatlah tatanan bagaimana memajukan mutu pendidikan itu. Pertama pendapatan guru itu ditingkatkan.

Bukan pendapatan anggota DPRD/DPR yang lebih dulu ditingkatkan. Demikian juga pejabat tinggi dengan fasilitas istimewa. Pasilitas apa yang diberikan kepada guru, pengawas dan kepala sekolah ? Kemudian harus dihargai orang yang jujur dan mampu berbuat.

Bukan karena kenalan pandai lobing ke atas. Kapanpun mutu pendidikan tidak akan meningkat, jika untuk menjadi kepala sekolah harus ada deking dan uang. Demikian juga jika untuk jadi pegawai negeri harus memakai deking dan uang. Terlebih dalam penempatan untuk duduk di satu jabatan.

Yang terjadi adalah yang dekat dengan gubernur, dekat dangan bupati dan walikota.itulah yang diangkat namun orang nakal. Paling tidak ada yang menyorongkan. Pasti balas jasa akan dilakukan. Dari mana uangnya? Korupsi juga.

Semoga bangsa Indonesia terutama pejabatnya tidak hanya rajin berangan-angan, bangsa ini akan maju beberapa tahun mendatang. Kemajuan itu harus didasari pendidikan, ketrampilan dan kejujuran. Jika sifat saling sikut menyikut kehancuran yang bakal ditemukan. [ Marihot Siagian di Glugur Medan ]

Seputar Usaha Peningkatan Mutu Pendidikan, LPMP Jabar

Penjaminan mutu telah menjadi kata kunci dalam dunia pendidikan kita dewasa ini. Hal ini menandakan mulai terjadinya kesadaran bersama akan pentingnya mutu dalam layanan penyelenggaraan pendidikan formal . Fenomena ini sudah sepatutnya ditanggapi secara positif oleh lembaga-lembaga yang terkait dengan upaya serius dan sistemik dalam peningkatan mutu pendidikan pada semua aspeknya. Salah satu faktor yang sangat penting dalam upaya penjaminan mutu pendidikan adalah memastikan bahwa para pendidik dan tenaga kependidikan memenuhi standar kompetensi dan melakukan pengembangan profesional yang berkelanjutan agar dari waktu ke waktu dapat meningkatkan mutu pembelajaran bagi peserta didik. Pembelajaran peserta didik merupakan salah satu hal paling penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan karena semua kegiatan pendidikan harus bermuara pada terjadinya peningkatan mutu lulusan.

Untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan diperlukan tenaga pendidikan yang profesional, adapun salah satu indikator profesionalisme pendidikan diukur sejauh mana yang bersangkutan mampu melakukan aspek pengembangan propesi seperti pembuatan karya tulis . Permendiknas Nomor 18 tahun 2007 menyatakan bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompetensi tersebut dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio, yang merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Komponen penilaian portofolio mencakup: (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

Pengembangan Profesi

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 84 tahun 1993 tanggal 24 Desember 1993 menyatakan bidang kegiatan guru terdiri dari unsur utama yang terdiri dari kegiatan pada bidang pendidikan, Proses belajar mengajar dan pengembangan profesi serta unsur penunjang, sedangkan apa yang dimaksud dengan pengembangan profesi itu ?, Pengembangan profesi seperti yang dimaksud dalam petunjuk teknis jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, “adalah kegiatan guru dalam rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan ketrampilan untuk peningkatan mutu baik bagi proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan”

Kegiatan pengembangan profesi dalam kegiatan sertifikasi guru merupakan bagian yang tidak terpisahkan mengingat,pengembangan profesi merupakan salah satu komponen dari sepuluh komponen yang menjadi bahan penilaian portopolio

Kegiatan guru yang termasuk pengembangan profesi

Beberapa kegiatan guru yang termasuk pengembangan profesi adalah sebagai berikut:

a. melaksanakan kegiatan karya tulis ilmiah dibidang pendidikan

b. menemukan teknologi tepat guna dibidang pendidikan

c. membuat alat peraga atau alat bimbingan

d. menciptakan karya seni seperti lagu, lukisan

e. mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum

Apa yang dimaksud dengan Karya Tulis Ilmiah (KTI)?

Karya tulis Ilmiah adalah laporan tertulis tentang (hasil) kegiatan ilmiah. Karena kegiatan ilmiah itu banyak macamnya, maka laporan kegiatan ilmiah (= KTI) juga beragam bentuknya. Ada yang berbentuk laporan penelitian, tulisan ilmiah populer, buku, diktat dan lain-lain.

KTI pada kegiatan pengembangan profesi guru, terdiri dari 7 (tujuh) macam, dengan rincian sebagai berikut:

No

Macam KTI

Macam publikasinya

Angka kredit

1

KTI hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi

Berupa buku yang diedarkan secara nasional

12,5

Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah yang diakui oleh Depdiknas

6,0

Berupa buku yang tidak diedarkan secara nasional

6,0

Berupa makalah /PTK

4,0

2

KTI yang merupakan tinjuan atau gagasan sendiri dalam bidang pendidikan

Berupa buku yang diedarkan secara nasional

8,0

Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah yang diakui oleh Depdiknas

4,0

Berupa buku yang tidak diedarkan secara nasional

7,0

Berupa makalah

3,5

3

KTI yang berupa tulisan ilmiah popular yang disebarkan melalui media masa

Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada media masa

2,0

4

KTI yang berupa tinjuan, gagasan, atau ulasan ilmiah yang disampaikan sebagai prasaran dalam pertemuan ilmiah

Berupa makalah dari prasaran yang disampaikan pada pertemuan ilmiah

2,5

5

KTI yang berupa buku pelajaran

Berupa buku yang bertaraf nasional

5

Berupa buku yang bertaraf propinsi

3

6

KTI yang berupa diktat pelajaran

Berupa diktat yang digunakan di sekolahnya

1

7

KTI yang berupa karya terjemahan

Berupa karya terjemahan buku pelajaran/ karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan

2.5

Sumber : pedoman penilaian angka kredit guru

Meskipun berbeda macam dan besaran angka kreditnya, semua KTI (sebagai tulisan yang bersifat ilmiah mempunyai kesamaan, yaitu:

- hal yang dipermasalahkan berada pada kawasan pengetahuan keilmua

- kebenaran isinya mengacu kepada kebenaran ilmiah

- kerangka sajiannya mencerminan penerapan metode ilmiah

- tampilan fisiknya sesuai dengan tata cara penulisan karya ilmiah

Salah satu bentuk KTI yang cenderung banyak dilakukan adalah KTI hasil penelitian perorangan (mandiri) yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk makalah (angka kredit )

Persyaratan Karya Tulis Ilmiah

Karya tulis ilmiah yang ditulis guru hendaknya memenuhi syarat APIK (Asli,Perlu, Ilmiah dan Konsisten ) artinya

a. Asli ( Original ) karya tulis yang dihasilkan harus merupakan produk asli guru dan sesuai dengan mata pelajaran yang diampu dan tempat bekerja

b. Perlu/bermanfaat ( usesful) karya tulis yang dihasilkan guru harus dirasakan manfaatnya secara langsung oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

c. Ilmiah ( scientific) karya tullis yang dihasilkan harus disusun secara ilmiah, sistimatis, runtut dan memenuhi persyaratan penulisan karya ilmiah

d. Konsisten ( concistency) karya tulis ilmiah yang dihasilkan harus memperlihatkan keajegan dan konsistensi pemikiran yang utuh, baik secara keseluruhan maupun hubungan antar babbagian karya tulis yang disajikan

Pengembangan profesi dalam kegiatan sertifikasi guru

Sebagaimana telah diuraikan komponen pengembangan profesi guru dalam sertifikasi guru harus membuat karya tulis ilmiah , adapun jenisnya seperti dibawah ini

Karya Pengembangan Profesi dalam portopolio sertifikasi

Jenis Dokumen / Karya

Publikasi

Skor

Relevan

Tidak relevan

Buku

Nasional

50

35

Provinsi

40

25

Kabupaten/Kota

30

15

Artikel

Jurnal Terakreditasi

25

20

Jurnal Tdk Terakreditasi

10

8

Majalah/koran nasional

10

8

Majalah/koran lokal

5

3

Menjadi reviewer buku, penulis soal EBTANAS/UN

2 per kegiatan

Modul/Buku dicetak lokal (Kabupaten/Kota)

Minimal mencakup materi 1 tahun (dua semester) skor 20

Media/Alat pelajaran

Setiap membuat satu media/alat pelajaran diberi skor 5

Laporan penelitian di bidang pendidikan

Setiap satu laporan diberi skor 10

Sebagai ketua 60% dan anggota 40%

Karya teknologi/seni (TTG, patung, rupa, tari, lukis, sastra, dll)

Setiap karya seni diberi skor 15

Sumber : rubrik Setifikasi

Dengan memperhatikan dua ketentuan dalam pengembangan profesi guru baik untuk kepentingan penilaian angka kredit bagi golongan IVa. Ke atas serta untuk kepentingan sertfikasi guru terdapat kesamaan jenis Karya tulis yang harus dikerjakan guru, yang membedakan hanya adalah seberapa besar nilai yang ditentukan, namun penulisan karya ilmiah mutlak harus dikerjakan artinya seorang guru tidak akan naik pangkat dari gol IVa ke IV b dan seterusnya jika tidak dapat mengumpulkan nilai dua belas (12) kedit point dari unsur pengembangan profesi, begitu pula untuk penilaian portopolio bagi sertifikasi seorang guru harus mendokumentasikan/mengirimkan kesepuluh unsur dalam penilaian portopolio artinya dari kesepuluh komponen yang dinilai tidak boleh kosong termasuk unsur pengembangan profesi.

Adapun dalam pembuatan karya tulis ilmiah guru, khususnya dalam melakukan pengembangan profesi berbentuk penelitian dianjurkan melakukan Penelitian Tindakan Kelas hal ini karena PTK merupakan bentuk penelitian reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar secara lebih profesional, serta dengan PTK 1. Guru tidak usah meninggalkan tugas pada saat melakukan penelitian 2.guru dapat merasakan hasil tindakannya 3.siswa dapat merasakan hasil treatmennya , sedangkan dalam pembuatan PTK hendaknya guru memperhatikan karakteristik PTK itu sendiri yang antara lain :1.permasalahan praktis di kelas 2. kolaborasi 3.ada upaya perbaikan 4.efektifitas metode/teknik 5.tidak untuk digeneralisasikan 6.tidak perlu populasi dan sampel 7.tidak ada kelas eksperimen dan kontrol

Penutup

Pengembangan profesi bagi guru merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan sorang guru hal ini mengingat pengembangan profesi merupakan suatu persyaratan untuk kenaikan pangkat maupun untuk mengikuti program sertifikasi, maka dari itu penulisan karya tulis ilmiah ( KTI) dalam hal ini mempunyai nilai ganda sehingga manakala sorang membuat KTI maka yang bersangkutan dapat mempergunkannya untuk kenaikan pangkat sekaligus untuk sertifikasi ,

Daftar pustaka

Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara

Suriasumantri, Jujun S. (1984). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan

---------, Kepmenpan no 84 tahun 1993 tentang petunjuk teknis jabatan pungsonal guru dan angka kreditnya, Jakarta, MeenPAN

----------, PermenDiknas No 18 tahun 2007 tentang sertifikasi guru, Jakarta

Kamis, 16 April 2009

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DALAM BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VII RSBI (RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL) DI SMP NEGERI 1 BANT

ABSTRAK
Oleh:Wiharno, M.Pd
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika dalam bahasa inggris siswa kelas VII RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) di SMP Negeri 1 Bantul dengan menggunakan Inquiry Student Worksheet.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Bantul yang berjumlah 27 siswa terdiri dari 12 laki-laki dan 15 perempuan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas secara kolaboratif antara guru mata pelajaran matematika dan kolaborator. Data pada penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara siswa, task, serta tes tertulis.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa penerapan metode penemuan terbimbing dengan menggunakan Student Worksheet mampu meningkatkan pemahaman konsep matematika dalam bahasa inggris siswa kelas VII RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) di SMP Negeri 1 Bantul. Hal ini ditandai dengan: (1) nilai rata-rata kelas meningkat dari siklus I sebesar 85,74 ke siklus II sebesar 85,89, (2) persentase indikator pemahaman konsep matematika siswa meningkat dari siklus I sebesar 89,33% ke siklus II sebesar 92,86%, serta (3) ketuntasan belajar siswa dalam satu kelas telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar minimal. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar 96,30%, dan pada siklus II sebesar 85,19%. Data hasil observasi juga menunjukkan bahwa daya analisis dan kreatifitas siswa selama pembelajaran meningkat dari siklus I ke siklus II. Siswa telah mampu menarik kesimpulan dari suatu pokok bahasan dengan benar, dan mampu menjelaskan hasil penemuan mereka dengan baik dan benar pula. Siswa juga semakin antusias dalam mengikuti proses pembelajaran matematika di kelas, karena suasana pembelajaran banyak melibatkan aktivitas siswa secara mandiri. Berdasarkan hasil wawancara siswa diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar siswa menyukai pembelajaran matematika dengan menggunakan Student Worksheet.

TEKNIK CREATIVE KINESTHETIC DENGAN CD BEKAS

ABSTRAKSI
Oleh: MARSONO, S.Pd
Hasil belajar matematika di SMP Negeri 1 Karangkobar masih bermasalah. Hal ini ditunjukkan hasil ujian nasional tahun pelajaran 2006/2007 mata pelajaran matematika 27,06% masih dibawah 6,0 dan siswa yang tidak lulus semua disebabkan nilai matematika. Salah satu penyebabnya pembelajaran matematika masih bersifat pemberian informasi belum belum memperhatikan kemampuan atau modalitas yang dimiliki siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti melakukan pembelajaran dengan menggunakan teknik creative kinesthetic dengan CD bekas dan kertas lipat ( Floding Paper ) dalam materi lingkaran.
Peneltian menggunakan metode penelitian tindakan kelas ( PTK ) terdiri 2 siklus. Tujuan umum penelitian ini adalah meningkatkan hasil dan kualitas pembelajaran matematika. Tujuan khusus penelitian ini adalah 1) meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran lingkaran melalui teknik creative kinesthetic dengan CD bekas dan Floding Paper, 2) meningkatkan keaktifan siswa , 3) menambah kevariatifan penggunaan teknik pembelajaran lingkaran.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari 2008 pada kelas VIIIC SMP Negeri 1 Karangkobar tahun pelajaran 2007/2008. Penelitian tentang pembelajaran dengan menggunakan teknik creative kinesthetic dengan CD bekas dan kertas lipat ( Floding Paper ) dalam materi lingkaran telah menghasilkan : 1) teknik creative kinesthetic dengan CD bekas dan kertas lipat ( Floding Paper ) dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 5,3 dari 68,0 menjadi 73,3 , 2) dapat meningkatkan keaktifan siswa antara lain 100% melakukan komunikasi/ diskusi dengan teman, 89,7% siswa melakukan gerakan kreatif dan 79,9% siswa berupaya mencari buku sumber.,dan 3) berpengaruh positif kepada siswa rata-rata 89,3% ( Amat Baik ) terhadap pembelajaran matematika.

Visualisasi Realistik Sebagai Strategi Pembelajaran Pemahaman Konsep Matematika Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII-B Di SMP Negeri 4

ABSTRAK

Retnaningsih, Trianti. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Matematika.

Kata Kunci : visualisasi realistik sebagai strategi pembelajaran, pemahaman konsep matematika, prestasi belajar siswa.

Persoalan pelik yang sering muncul dalam pembelajaran matematika di SMPN 4 Jombang adalah rendahnya motivasi belajar, kurang kreatif, cepat bosan, sering jenuh, tegang saat mengikuti pelajaran, meningkatnya jumlah siswa keluar kelas, tingginya persentase siswa yang tidak menyelesaikan pekerjaan rumah. Hal ini selain disebabkan karakteristik matematika yang abstrak, berhirarkhi dan sulit dipahami, juga akibat strategi mengajar yang diterapkan guru cenderung monoton, kurang menyenangkan dan membosankan bagi siswa, sehingga pembelajaran menjadi tidak efektif dan berdampak rendahnya capaian hasil belajar.
Penelitian tindakan kelas yang menerapkan visualisasi realistik sebagai strategi pembelajaran adalah merupakan upaya untuk mengatasi sebagian masalah tersebut.
Prosedur penelitian adalah dengan menampilkan/menunjukkan gambar-gambar yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menanamkan pemahaman konsep pada siswa. Visualisasi realistik yang digunakan sebagai instrumen perlakuan diperoleh dari keadaan disekeliling kita yang kemudian diseleksi melalui uji coba. Data mengenai reaksi siswa dikumpulkan melalui catatan pengamatan kemudian diperkuat dengan penyebaran angket kepada siswa dan data prestasi belajar diperoleh melalui tes. Teknik analisa data menggunakan perhitungan “mean score”.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa visualisasi realistik sebagai strategi pembelajaran dapat memancing siswa untuk lebih konsentrasi bersama-sama di dalam kelas. Hasil analisis data didapat pada siklus I dan siklus II adalah(1) nilai rata-rata siklus I 77,56, pada siklus II 84,10 ada peningkatan 6,54, (2) persentase tingkat ketuntasan pada siklus I 82,05% dan pada siklus II 94,87% terjadi kenaikan ketuntasan belajar 12,82%. Analisis angket tentang penggunaan media visualisasi realistik adalah (1) mampu menarik minat siswa, (2) mengatasi keterbatasan informasi siswa, (3) dapat meningkatkan pemahaman/penalaran siswa. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar menggunakan strategi pembelajaran visualisasi realistik dapat menanamkan pemahaman konsep dan berdampak positif terhadap peningkatan prestasi belajar.
Strategi pembelajaran dengan media visualisasi realistik dapat digunakan ke dalam pelbagai lingkungan sekolah karena mudah didapat, dipahami dan diterapkan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para guru dan peneliti lain dalam melaksankan tugas pembelajaran maupun dalam penelitian lanjutan.

SELAMAT DATANG DI BLOG FORUM ILMIAH GURU KAB. BATANG

Alasan saya membuka blog ini , selain tugas saya sebagai sekbid.pengembangan profesi di Forum Ilmiah Guru adalah juga sebagai salah satu wahana untuk sharing komunikasi tentang kegiatan ilmiah guru yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan mutu pendidikan di kabupaten Batang. Mulai dari pembicaraan bagaimana pembelajaran berkualitas dilaksanakan, kegiatan MGMP dan Lesson Study, sampai pada bagaimana seharusnya guru membuat Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Baik berupa Artikel, Makalah, KTI, dan sebagainya. Dalam blog ini rencana akan saya sajikan semua Naskah PTK hasil LKTI pada kegiatan Forum Ilmiah Guru Tahun 2007 dan 2008. Demikian juga untuk kegiatan-kegiatan lain seperti Lomba Inovasi Pembelajaran, Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran, Lomba Pembelajaran Berbantuan Komputer, dan kegiatan-kegiatan lainnya baik yang di adakan Depdiknas, LPMP, ITSF, dan pihak-pihak penyandang dana penelitian/penggagas lomba lainnya. Saya optimis bahwa sangatlah mungkin guru-guru di kabupaten Batang nantinya mampu berkompetensi dalam kegiatan Ilmiah. Terbukti selama dua tahun mengadakan FIG, wakil dari Batang mampu menyumbang nama harun bagi Pemerintah Kab. Batang. Peserta dari Batang banyak yang memperoleh kejuaraan di tingkat Propinsi. Semua berkat kerja sama dan kinerja yang optimal dari guru dan pengurus FIG Kab. Batang. Trimakasih anda ikut berkarya, mari kita bangun Batang tercinta ini.